Halo Profesi : Pendidikan Huruf Di Sekolah Dan Permasalahannya

Pendidikan Karakter di Sekolah dan Permasalahannya


 
Pengertian pendidikan karakter

Apakah yang dimaksud Pendidikan karaker ???

Pendidikan huruf ialah upaya insan untuk membelajarkan dan mengajarkan penerima didik untuk membuatkan potensi yang bersifat nyata dalam diri mereka biar nantinya menjadi langsung yang berkhasiat di lingkungan masyarakat, bangsa dan Negara.

Pendidikan huruf telah diterapkan oleh pemerintah dalam kurikulum 2013, salah satu kebijakan pemerintah ialah dengan penerapan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) di sekolah-sekolah, aktivitas ini merupakan perwujudan dari realisasi Nawacita Presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla yang bersinergi dengan Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM).

Pengimplementasian pendidikan huruf ini sebetulnya berorientasi pada nilai-nilai luhur bangsa yang telah mengakar dari para pendiri bangsa (founding father), jadi pada tataran pelaksanaan pendidikan huruf di setiap tempat hampir sama, sebab inti dari pendidikan huruf bersumber dari tiga hal pokok yaitu Agama sebagai utama bertindak tiap Individu, Pancasila sebagai dasar negara dan Budaya yang merupakan warisan para pendahulu.

Dari ketiga sumber Pendidikan huruf tersebut maka setiap agama dan budaya yang ada di Indonesia semuanya mengajarkan ihwal baik dan buruk, benar dan salah, serta etika dan estetika. Mengajarkan dan memerintahkan ummatnya untuk melakukan kebaikan dan menjauhi keburukan.

Berikut beberapa Nilai huruf yang perlu ditanamkan kepada penerima didik ;

1. Jujur
2. Disiplin
3. Kerja keras
4. Toleransi
5. Kreatif
6. Demokratis
7. Mandiri
8. Rasa ingin tahu
9. Nasionalis (cinta tanah air)
10. Patriotik
11. Bersahabat
12. Ramah
13. Peduli lingkungan
14. Berjiwa sosial
15. Semangat berprestasi
16. Sopan santun
17. Saling menghargai
18. Religius
19. Bertanggung jawab

Pentingnya menanamkan pendidikan huruf ini bertujuan untuk membekali generasi kita menyambut generasi Emas Indonesia di Tahun 2045.

Permasalahan dalam implementasi pendidikan karakter

Namun dalam pelaksanaan pendidikan huruf begitu banyak perkara yang dihadapi di lapangan khususnya para guru dalam membentuk dan membangun huruf penerima didik

1. Tuntutan tinggi dalam kurikulum 

Di dalam kurikulum sebetulnya telah dipatok standar nasional pencapaian berguru siswa biar sesuai dengan ketercapaian mutu pendidikan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Namun aktivitas tersebut tidak berakhir di situ saja, ada perkara yang kemudian mengikut sebagai efek dari sebuah kebijakan.

Salah satunya mengenai kurikulum yang dianggap mempunyai standar atau muatan yang terlalu tinggi untuk dipahami siswa, contohnya pada bahan operasi serpihan campuran, siswa dituntut untuk memahami cara menjumlahkan, mengurangkan dan mengali serpihan tersebut, yang sebetulnya bahan tersebut secara kontekstual tidak terlalu erat dengan lingkungan siswa, mungkin ada satu dua siswa yang bisa untuk menuntaskan soal-soal tersebut dengan baik, namun yang lain tidak mampu.

Karakteristik kecerdasan siswa berbeda-beda, olehnya itu dalam dunia pendidikan dikenal dengan istilah kecerdasan majemuk. Dalam satu ruang kelas yang di huni 30 orang siswa tentunya mempunyai kecerdasan yang berbeda-beda tersebut, sebab setiap insan diciptakan Istimewa oleh Allah SWT. Selain itu setiap siswa juga mempunyai talenta dan minat yang berbeda-beda, siswa A suka berguru matematika, siswa B suka Olahraga, siswa C suka seni.

Di sisi lain guru dituntut untuk tetap menjalankan pembelajaran yang sarat akan nilai pengetahuan yang tinggi di dalamnya, sehingga guru hanya disibukkan untuk mngurus bagaimana biar siswa mereka bisa mencapai nilai standar ketika ujian, bisa bersaing dan menjadi juara olimpiade.

Akhirnya problem membentuk huruf siswa menjadi terabaikan.

2. Lingkungan anak yang tidak sesuai

Pola pendidikan memang harus bersinergi antara pendidikan di sekolah, di rumah (keluarga) dan di lingkungan masyarakat, siswa yang kebiasaan orang tuanya jarang menerapkan nilai-nilai huruf dalam keluarga tentu akan berbeda dibanding siswa yang terbiasa dididik sopan santun di rumah.

Sekolah mempunyai tugas vital untuk membentuk dan melatihkan kembali huruf yang hilang pada diri siswa, namun yang menjadi permasalahan ketika di sekolah siswa tersebut diajarkan untuk senantiasa berkata jujur, namun pada ketika di rumah atau di lingkungan keluarga siswa tersebut bahkan terkadang  diajarkan untuk berbohong.

Hal inilah yang menjadi dilema dalam diri siswa sebab mendapat kebenaran ganda dalam kehidupannya, ketika di sekolah guru meraka mengajarkan ihwal berkata jujur, sedangkan di keluarga meraka diajarkan untuk berbohong. Sehingga menanamkan huruf dalam lingkungan tersebut akan mengalami banyak kendala.

Baca Juga : 7 Alasan sekolah tidak penting lagi

3. Masalah tunjangan guru

Kejadian demi insiden di aneka macam tempat yang banyak menimpa profesi guru akhir-akhir ini kerap menjadi pertimbangan guru dalam mendidik dan membentuk huruf siswa, jikalau dilihat dari sudut pandang aturan nampaknya undang-undang tunjangan profesi guru tidak terlalu mempunyai kekuatan jikalau dihadapkan dengan undang-undang tunjangan anak.

Guru kita ketika ini tengah mengalami dilema dalam mendidik siswa di sekolah, di sisi lain guru dituntut selain mengajarkan ilmu pengetahuan juga berperan untuk membentuk teladan sikap siswa yang terdidik sesuai nilai-nilai karakter.

Perasaan bimbang tersebut sangat berbahaya dan dilarang dibiarkan berlarut-larut terjadi, sebab dikhawatirkan akan membentuk sebuah sikap hirau tak hirau dalam diri guru untuk mendidik sikap anak yang menyimpang.

Urusan tunjangan guru yang seharusnya menjadi fokus utama pemerintah jikalau mengharapkan pembentukan huruf yang baik terhadap siswa selaku generasi penerus bangsa, hal ini sangat urgen untuk dituntaskan mengingat pembentukan huruf itu harus dibuat semenjak dini, sebab akan semakin sulit mengarahkan dan membimbing anak jikalau mereka telah memasuki usia dewasa.

4. Gaji guru

Persoalan honor guru juga menjadi perkara yang selalu didiskusikan dalam forum-forum keguruan, khususnya honor para guru honorer atau kontrak. Baru-baru ini Presiden Joko Widodo kaget mengetahui bahwa seorang guru di bayar dengan honor 300.000 ribu rupiah per bulan, hal tersebut sangat menyedihkan dan merupakan penghinaan terhadap profesi guru.

Realisasi terhadap honor guru yang sangat rendah dan mengharapkan membentuk huruf generasi bangsa yang unggul tampaknya hanya akan menjadi sebuah mimpi, bagaimana mungkin guru akan fokus untuk mengajar dan mendidik sekolah di sekolah jikalau kesejahteraannya belum dijamin oleh pemerintah.

Namun ada beberapa guru kita yang mempunyai jiwa mendidik begitu tinggi , dalam dirinya mengalir darah dan semangat untuk memajukan pendidikan Bangsa ini, sehingga mereka bisa untuk tetap fokus dalam mengajar meskipun di beri upah yang sangat jauh dari kata layak.

Olehnya itu jikalau berbicara problem pendidikan karakter, maka dilarang dilepaskan dari tugas pemerintah untuk menawarkan kesejahteraan yang lebih baik terhadap guru-guru kita, biar mereka sanggup fokus dalam membina dan mendidik moral siswa menjadi lebih baik.

Itulah beberapa hal yang menjadi permasalahan pembentukan huruf di Negara ini, sebagai sebuah bangsa yang besar tentunya menginginkan terbinanya huruf penerus bangsa yang berakhlak mulia sebagaimana yang telah diamanahkan dalam undang-undang sistem pendidikan nasional, biar terwujud kepribadian dan identitas bangsa di tengah pergaulan Internasional.

Demikianlah artikel yang membahas Pendidikan Karakter di Sekolah dan permasalahannya, semoga sanggup menambah wawasan dan menjadi rujukan perhiasan bagi kita semua demi mewujudkan generasi bangsa yang berkarakter.

0 Response to "Halo Profesi : Pendidikan Huruf Di Sekolah Dan Permasalahannya"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel